Pergaulan sekarang memang berbeda dengan zaman
ketika aku muda dulu. Zaman aku remaja di tahun 90-an, mana ada yang namanya
internet dan social media? Pergaulan
paling mentok di sekolah sendiri atau sekolah tetangga saja. Arus informasi
juga cuma didapat dari koran, majalah, dan TV. Informasi yang didapat juga
tidak secepat dan semudah jaman sekarang. Kalau jaman sekarang, komunikasi
lancar, informasi cepat didapat.
Cepat dan mudahnya arus informasi memang
punya banyak efek positif. Tapi, efek negatifnya juga nggak boleh didiamkan,
lho. Terutama bagi orang tua seperti aku yang punya anak beranjak remaja yang
mulai penasaran dengan yang namanya social
media. Mau melarang anak gabung di social
media seperti Facebook dan Twitter sulit. Tapi kalau tidak dilarang dan
dibebaskan, anak jadi bisa menerima segala jenis informasi baik buruk maupun
baik. Contoh paling gampangnya: pornografi. Coba kamu liat kolom sebelah kanan
saat kamu membuka laman linimasa Facebook, deh. Fitur recommended pages kadang justru
menampilkan profil yang ‘gak beres’. Kalau anak kita yang di bawah umur jadi
penasaran dan iseng meng-klik profil yang cenderung esek-esek ‘kan serem? Belum
lagi kalau ada orang asing yang berniat jahat mengajak berkenalan dengan anak
melalui social media. Duh.. nggak
kebayang, deh!
Sebenarnya pada dasarnya setiap social media memiliki batasan umur
tertentu yang harus dipatuhi, misalnya Facebook yang mewajibkan penggunanya
untuk berumur minimal 18 tahun. Tapi peraturan seolah dibuat untuk dilanggar, karena
pada kenyataannya banyak juga pengguna Facebook yang belum cukup umur, padahal
mereka masih belum bisa memilah antara baik dan buruk. Jadi apakah orang tua
harus melarang anak ber-social media?
Ternyata bila anak sudah cukup umur, tidak
ada salahnya dia memiliki akun social
media. Toh remaja pun harus bisa mengikuti perkembangan dunia. Tapi tentu
saja orang tua harus mampu jadi ‘pagar’ bagi anaknya. Jadi, jangan ragu untuk
‘berteman’ dengan anak kamu di social
media. Yup! Orang tua pun harus belajar ber-social media. Bagusnya, ‘berteman’ dengan anak di social media pun membantu mendekatkan
hubungan kamu dengan anak, lho.
Hal yang sering dikhawatirkan orang-orang
kalau social media menjauhkan yang
dekat itu ternyata tidak terbukti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sarah
Coyne dan Laura Padilla-Walker dari Brigham Young University, remaja yang
‘berteman’ dengan orang tua mereka di social
media merasa lebih dekat dengan orang tua mereka di kehidupan nyata.
Penelitian ini juga menemukan bahwa remaja yang berinteraksi dengan orang tua
mereka di social media cenderung
memiliki perilaku sosial yang lebih baik, misalnya lebih suka membantu dan
ramah pada orang lain.
Lalu seperti apakah contoh interaksi orang
tua dan anak remaja mereka di social
media? Bisa saja seperti ini: Ketika anak meng-upload foto mereka, orang
tua bisa memberikan apresiasi berupa ‘like’ atau komentar di foto tersebut. Hal
yang sama juga bisa orang tua lakukan pada status update sang anak remaja.
Dengan cara ini, social media menjadi
salah satu cara untuk menunjukkan apresiasi dan kasih sayang orang tua pada
anak.
Tapi seperti hal lainnya, social media juga harus digunakan dengan
bijak. Orang tua harus bisa meminta anak untuk mengatur privacy setting akun social media mereka, sehingga tidak sembarang
orang bisa melihat informasi pribadi anak. Selain itu, social media pun bisa digunakan orang tua untuk memantau aktivitas
anak. Misalnya saja, pergaulan anak, hal-hal yang disukai anak, dll.
Begitu pula ketika anak-anak kita sudah
mengenal online shopping. Mereka juga gak boleh sembarangan dibebaskan begitu
saja, tapi juga jangan terlalu diberi pengawasan yang ketat.
Bagaimana cara memantau ‘barang belanjaan’
anak sekaligus mencegah over spending
pembelanjaan oleh anak? Caranya, buat keanggotaan online shopping di e-commerce seperti www.tokoon.com menggunakan alamat email serta
nama orang tua. Jangan langsung memberi mereka kartu kredit untuk berbelanja
sendiri.
Situs seperti TokoOn ini memiliki banyak pilihan produk. Jadi ketika
anak berbelanja dengan user name
orang tua, konfirmasi pembelian akan dikirimkan terlebih dahulu ke email orang
tua sebelum proses pembayaran. Orang tua pun bisa mengontrol barang-barang yang
dibeli anak serta jumlah pembelanjaan.
Melarang anak untuk ber-social media dan ber-internet sebenarnya
tidak bisa membantu banyak. Kalau anak malah jadi membuka akun social media secara diam-diam, orang tua
malah jadi tidak bisa memantau anak. Akhirnya, orang tua malah tidak bisa
menghalau efek negatif social media
pada anak. Seperti yang aku bilang tadi, yang penting adalah pemakaian secara
bijak!
Sumber:
trims info nya bun ...
ReplyDeletesalam hangat jual mukena anak