Monday, December 23, 2013

Tips Agar Anak Berani Tidur Sendiri



Biasanya, para new mommies suka susah meninggalkan balitanya tidur sendiri. Pasalnya, banyak balita yang takut tidur sendiri, karena mereka suka berimajinasi macam-macam dan jadinya menimbulkan pikiran yang membuat mereka takut serta gugup. Tapi karena mereka gak akan selamanya jadi balita, maka orangtua perlu mendidik anaknya untuk terbiasa dan berani tidur sendiri. Gak mungkin kan anak terus tidur sama kita sampai mereka kuliah? Hehehe…


 Kalo dulu, saya mulai membiasakan anak-anak tidur sendiri sewaktu usia mereka masih di bawah 5 tahun. Menurut sebuah situs , usia 2 tahun merupakan waktu yang tepat untuk melatih kemandirian anak dengan tidur sendiri. Hal ini supaya sejak awal anak terdidik untuk mandiri dan berani. Emang gak gampang untuk bikin balita mau tidur sendiri, tapi ada kiat-kiatnya lho! Yuk langsung ditilik:

Jangan temani sampai tertidur
Kesalahan yang sering dilakukan orangtua adalah menemani anaknya sampai tertidur, lalu baru meninggalkannya saat tengah malam. Hal ini justru gak akan menjamin anak merasa aman saat tidur.

Rencanakan sebelumnya
Sebelum kita meninggalkan anak untuk tidur sendiri, kita harus merencanakan dulu dan memastikan caranya sebelum bertindak. Kita gak bisa tiba-tiba meminta anak untuk tidur sendiri. Pertama-tama, biarkan anak tidur sendiri saat berada di kamar kita. Lalu setelah itu, setiap anak sedang tidur siang, tempatkan dia di kamarnya. Setelah anak merasa akrab dengan kamarnya, biarkan dia tidur sendiri di malam hari.

Sertakan pendapat anak
Pindahnya anak dari boks ke tempat tidur biasa bisa menjadi alasan untuk anak pindah tidur ke kamarnya sendiri. Kita bisa bilang ke anak kalau dia udah mulai besar dan boks-nya udah gak cukup lagi buat dia, jadi dia harus pindah ke tempat tidur yang lebih besar dan lebih nyaman di kamarnya sendiri. Buat mempermudah proses ini, ajak si anak untuk memilih tempat tidurnya sendiri  dan juga perlengkapan lain yang dia sukai, seperti selimut  dengan gambar karakter kartun favoritnya. Kalau perlu, cari boneka untuk menemaninya tidur.

 
Menjamin keamanan
Dengan membiarkan anak tidur sendiri bukan berarti kita mau menghindari keberadaan dia. Buat anak merasa kalau kita selalu ada di dekatnya setiap dia butuh. Salah satunya mungkin bisa coba ‘kunjungan 10 menit’ ke kamar anak, bilang ke anak kalau kita akan datang setiap 10 menit sekali sampai anak tertidur. Hal ini akan menjamin anak merasa tenang karena kita ada bersamanya.

Menghabiskan waktu dalam gelap
Kalo anak takut gelap, satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan menghabiskan waktu dalam gelap. Coba matikan lampu dan habiskan waktu dengan mengajaknya melakukan permainan kata-kata. Dengan mematikan lampu dan menempatkan lampu juga cukup efektif untuk kasih tahu anak kalo gak ada cahaya pun ruangan gak akan berubah.

Terapkan rutinitas sebelum tidur
Sudah sering mendengar pepatah “bisa karena biasa” kan? Nah, coba terapkan pada anak, misalnya dengan minum segelas susu hangat, menyikat gigi, dan mengucapkan selamat malam atau membaca cerita dongeng akan membuat anak tidur lelap tanpa mimpi buruk. Lama-kelamaan anak akan sadar kalau tidur juga menjadi bagian dari rutinitas sehari-harinya.

Hilangkan gangguan
Sebelum anak tidur, periksa dulu apakah ada gangguan di kamarnya, mulai dari suara, lampu, ataupun pemandangan yang bisa menarik perhatian anak. Contohnya, kemungkinan kita untuk berhasil meminta anak tidur akan lebih kecil saat kita malah nonton TV.

Perlu pengkondisian
Buat memindahkan anak ke kamarnya sendiri, kita perlu melakukan proses pengkondisian yang cukup lama. Jangan lupa buat peraturan yang harus dilakukan dengan konsisten, misalnya anak hanya boleh tidur bersama orangtua 1 kali setiap minggu, yaitu saat akhir pekan. Terkadang anak terbangun di tengah malam dan mencari orangtua, jadi jangan menutup pintu kamarnya, supaya kita bisa cepat merespon saat mereka membutuhkan kita.

Itulah kiat-kiat supaya anak berani tidur sendiri. Kita harus sabar menjalankannya, yang penting tetap konsisten dan buat anak merasa nyaman. Semoga berhasil!

Sunday, December 22, 2013

Mendekatkan Diri Dengan Anak Lewat Social Media



Pergaulan sekarang memang berbeda dengan zaman ketika aku muda dulu. Zaman aku remaja di tahun 90-an, mana ada yang namanya internet dan social media? Pergaulan paling mentok di sekolah sendiri atau sekolah tetangga saja. Arus informasi juga cuma didapat dari koran, majalah, dan TV. Informasi yang didapat juga tidak secepat dan semudah jaman sekarang. Kalau jaman sekarang, komunikasi lancar, informasi cepat didapat.


Cepat dan mudahnya arus informasi memang punya banyak efek positif. Tapi, efek negatifnya juga nggak boleh didiamkan, lho. Terutama bagi orang tua seperti aku yang punya anak beranjak remaja yang mulai penasaran dengan yang namanya social media. Mau melarang anak gabung di social media seperti Facebook dan Twitter sulit. Tapi kalau tidak dilarang dan dibebaskan, anak jadi bisa menerima segala jenis informasi baik buruk maupun baik. Contoh paling gampangnya: pornografi. Coba kamu liat kolom sebelah kanan saat kamu membuka laman linimasa Facebook, deh. Fitur recommended pages kadang justru menampilkan profil yang ‘gak beres’. Kalau anak kita yang di bawah umur jadi penasaran dan iseng meng-klik profil yang cenderung esek-esek ‘kan serem? Belum lagi kalau ada orang asing yang berniat jahat mengajak berkenalan dengan anak melalui social media. Duh.. nggak kebayang, deh!

Sebenarnya pada dasarnya setiap social media memiliki batasan umur tertentu yang harus dipatuhi, misalnya Facebook yang mewajibkan penggunanya untuk berumur minimal 18 tahun. Tapi peraturan seolah dibuat untuk dilanggar, karena pada kenyataannya banyak juga pengguna Facebook yang belum cukup umur, padahal mereka masih belum bisa memilah antara baik dan buruk. Jadi apakah orang tua harus melarang anak ber-social media?

Ternyata bila anak sudah cukup umur, tidak ada salahnya dia memiliki akun social media. Toh remaja pun harus bisa mengikuti perkembangan dunia. Tapi tentu saja orang tua harus mampu jadi ‘pagar’ bagi anaknya. Jadi, jangan ragu untuk ‘berteman’ dengan anak kamu di social media. Yup! Orang tua pun harus belajar ber-social media. Bagusnya, ‘berteman’ dengan anak di social media pun membantu mendekatkan hubungan kamu dengan anak, lho.

Hal yang sering dikhawatirkan orang-orang kalau social media menjauhkan yang dekat itu ternyata tidak terbukti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sarah Coyne dan Laura Padilla-Walker dari Brigham Young University, remaja yang ‘berteman’ dengan orang tua mereka di social media merasa lebih dekat dengan orang tua mereka di kehidupan nyata. Penelitian ini juga menemukan bahwa remaja yang berinteraksi dengan orang tua mereka di social media cenderung memiliki perilaku sosial yang lebih baik, misalnya lebih suka membantu dan ramah pada orang lain.

 
Lalu seperti apakah contoh interaksi orang tua dan anak remaja mereka di social media? Bisa saja seperti ini: Ketika anak meng-upload foto mereka, orang tua bisa memberikan apresiasi berupa ‘like’ atau komentar di foto tersebut. Hal yang sama juga bisa orang tua lakukan pada status update sang anak remaja. Dengan cara ini, social media menjadi salah satu cara untuk menunjukkan apresiasi dan kasih sayang orang tua pada anak.

Tapi seperti hal lainnya, social media juga harus digunakan dengan bijak. Orang tua harus bisa meminta anak untuk mengatur privacy setting akun social media mereka, sehingga tidak sembarang orang bisa melihat informasi pribadi anak. Selain itu, social media pun bisa digunakan orang tua untuk memantau aktivitas anak. Misalnya saja, pergaulan anak, hal-hal yang disukai anak, dll. 

Begitu pula ketika anak-anak kita sudah mengenal online shopping. Mereka juga gak boleh sembarangan dibebaskan begitu saja, tapi juga jangan terlalu diberi pengawasan yang ketat.

Bagaimana cara memantau ‘barang belanjaan’ anak sekaligus mencegah over spending pembelanjaan oleh anak? Caranya, buat keanggotaan online shopping di e-commerce seperti www.tokoon.com menggunakan alamat email serta nama orang tua. Jangan langsung memberi mereka kartu kredit untuk berbelanja sendiri. 
Situs seperti TokoOn ini memiliki banyak pilihan produk. Jadi ketika anak berbelanja dengan user name orang tua, konfirmasi pembelian akan dikirimkan terlebih dahulu ke email orang tua sebelum proses pembayaran. Orang tua pun bisa mengontrol barang-barang yang dibeli anak serta jumlah pembelanjaan.
Melarang anak untuk ber-social media dan ber-internet sebenarnya tidak bisa membantu banyak. Kalau anak malah jadi membuka akun social media secara diam-diam, orang tua malah jadi tidak bisa memantau anak. Akhirnya, orang tua malah tidak bisa menghalau efek negatif social media pada anak. Seperti yang aku bilang tadi, yang penting adalah pemakaian secara bijak!


Sumber:

Kredibilitas & Kejujuran: Modal Penting Berjualan Online



Belakangan ini, e-commerce di Indonesia memang perlahan-lahan jadi semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia, dan makin banyak orang yang mulai berani untuk berbelanja secara online. Tapi bukan berarti kekhawatiran masyarakat tentang kredibilitas online shop sudah benar-benar menghilang, lho. Maklum aja, namanya belanja secara online, pembeli tidak bertemu langsung dengan penjual. Jadi ketika uang pembayaran sudah ditransfer pembeli ke penjual tapi barang tak kunjung diterima, pembeli pasti langsung was-was, takut kalau ternyata sang penjual adalah penipu yang membawa kabur uangnya.



Kekhawatiran masyarakat ini tidak dibantu juga dengan banyaknya online shop palsu yang memang bisa dibilang ‘menipu’ masyarakat. Misalnya saja, barang yang dikirim tidak sesuai dengan foto di website, kualitas barang yang dikirim kurang prima, atau bahkan pemilik online shop ‘kabur’ dan tidak pernah mengirim barang walaupun dia sudah menerima uang pembeli.

Aku sendiri pun kadang menemui pelanggan yang cenderung ‘paranoid’ saat pertama kali berbelanja di online shop-ku. Mereka khawatir sekali kalau mereka tidak segera menerima barang yang sudah dipesan. Aku bahkan pernah disebut ‘penipu’ ketika barang tak kunjung diterima pembeli. Padahal waktu itu pengiriman barang terhambat karena masalah di kurir pengiriman. Pemilik online shop memang harus sabar menghadapi pembeli seperti ini. Tapi setelah beberapa lama menghadapi kekhawatiran pembeli, aku pun mulai menerapkan beberapa fitur di online shop aku untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan, baik pelanggan lama maupun pembeli yang baru pertama kali berbelanja di online shop aku. Beberapa fitur tersebut adalah:

1.       Panduan pembeli
Panduan pembeli yang lengkap dan jelas tentang proses pemesanan dan pengiriman barang akan menghindari kesalahpahaman antara pembeli dan penjual.


2.       Blog
Belakangan ini sudah banyak online shop yang melengkapi tokonya dengan blog berisi konten pribadi ataupun yang berhubungan dengan produk atau target online shop-nya. Misalnya, kalau kamu berjualan produk bayi, kamu juga bisa melengkapi online shop-mu dengan blog tentang parenting atau perawatan anak. Selain meningkatkan kepercayaan pembeli, blog ini juga bisa menarik calon pembeli baru ke online shop kamu, lho. Soalnya mereka juga bakal dapat pengetahuan.

3.       Keterangan produk yang jelas
Setiap foto produk harus dilengkapi dengan keterangan yang jelas dan akurat. Misalnya, kalau tas yang kamu jual adalah tas KW, jangan bilang bahwa tas tersebut adalah original, ya. Selain itu, jelaskan apakah warna produk yang terlihat pada foto sama persis dengan warna asli produk atau sedikit berbeda karena efek filter atau kamera. Karena itu, sebenarnya penjual tidak disarankan untuk menggunakan bermacam filter saat memfoto produk jualannya.
  
4.       After sales service yang baik
After sales service ini termasuk konfirmasi ke pembeli setelah kamu mengirim barang, bahkan lengkap dengan nomor resi pengiriman. Selain itu, kalau pembeli memiliki keluhan mengenai barang yang dia terima, lebih baik bila kamu bisa mengatasi itu dengan baik.

5.       User review
User review atas produk alias testimoni pelanggan atas dagangan kamu sangat membantu kredibilitas online shop kamu. Kalau sudah banyak pelanggan yang puas dengan layanan online shop dan produk kamu, maka calon pembeli baru pun akan lebih percaya pada online shop kamu.


Fitur-fitur di atas bisa jadi acuan untuk menilai kredibilitas sebuah online shop, baik bagi kamu yang sedang membangun bisnis online shop atau kamu yang baru mulai mencoba berbelanja secara online. Membuat online shop dengan fitur di atas memang membutuhkan waktu, tapi investasi waktu itu jelas bermanfaat untuk kredibilitas online shop kamu. Kamu juga bisa bergabung dengan ‘online mall’ seperti www.tokoon.com yang terdiri dari gabungan berbagai online shop. Tidak sembarang online shop bisa memasang produk di situs ini, karena online shop harus mendaftar sebagai member dan memasukkan data diri lengkap sebelum mulai berjualan. Fitur seperti user review serta konfirmasi penerimaan pembayaran dan pengiriman barang juga sudah tersedia. Pembeli nyaman berbelanja dengan mudah, penjual pun bisa berjualan dengan tenang.

Aku sendiri adalah member di www.tokoon.com, baik sebagai penjual maupun pembeli. Aku sudah cukup sering berbelanja di situs ini. Kebanyakan sih belanja makanan dan baju.. hehe.. Sebagai pemilik online shop, cukup banyak juga pelanggan aku yang datang dari situs ini. Proses pemasangan produk, pembayaran, dll juga mudah. Berminat ikut gabung jadi member?


Sumber: